Advertisement

Rangnick, Kandidat Kuat Pelatih Anyar MU Punya Kenangan Buruk di Inggris

Newswire
Sabtu, 27 November 2021 - 05:17 WIB
Budi Cahyana
Rangnick, Kandidat Kuat Pelatih Anyar MU Punya Kenangan Buruk di Inggris Ralf Rangnick - @ralfrangnickstiftung

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Ralf Rangnick tinggal selangkah lagi menjadi manajer Manchester United menggantikan Ole Gunnar Solskjaer. Pria asal Jerman itupernah bermain bola di Inggris meskipun di level amatir.

Rangnick menceritakan sendiri perjalanan karir sebagai pesepakbolanya di Inggris dalam sebuah film dokumenter. Saat itu, Rangnick yang masih berusia 21 tahun masih berstatus sebagai mahasiswa jurusan Sastra Inggris di Universitas Stuttgart, Jerman dan sempat menghabiskan satu tahun di Universitas Sussex, Inggris.

Advertisement

Saat menimba ilmu di Universitas Sussex itulah dia bermain kompetisi non liga bersama klub Southwick FC pada periode 1979-1980. Hanya butuh dua pertandingan bagi Rangnick untuk merasakan kerasnya sepak bola Inggris. Dia mengalami cedera serius saat laga keduanya melawan Chichester City pada.

"Saya mendapatkan pengalaman langsung dijegal dari belakang. Itu mematahkan tiga tulang rusuk dan salah satunya menusuk paru-paru saya," kata dia dalam sebuah film dokumenter soal perjalanan karirnya.

"Saya berada di rumah sakit selama tiga minggu di Chichester (Inggris) di bangsal bersama orang berusia usia 60, 70, 80 tahun dan saya absen selama empat bulan."

Ragnick juga berkenalan dengan tradisi yang berbeda pada pengalaman pertamanya tinggal di Inggris. Dia menyatakan tak ada yang menjenguknya selama dirawat di rumah sakit.

"Saat itu di Inggris, jika seorang pemain cedera parah, anda tidak boleh menyentuhnya – hanya dokter yang bisa melakukannya. Untuk alasan itu, tidak ada yang datang kepada saya dan saya tidak dapat memahaminya,”

Selain itu, Rangnick yang memiliki tubuh setinggi 178 cm, mengklaim memiliki stamina yang baik untuk seorang gelandang, tetapi dia berhadapan dengan fakta bahwa dia harus lebih kuat dalam duel-duel udara beradaptasi dengan sepak bola gaya Inggris yang dikenal dengan "Kick and Rush".

Rangnick yang mengaggumi gelandang Manchester United Garry Birtles juga heran dengan kebiasaan pemain di Inggris yang tak suka melakukan pemanasan sebelum bertanding. Menurut dia, hal itu tak hanya terjadi di level amatir tetapi juga terjadi di level profesional seperti divisi satu Liga Inggris, sebelum munculnya Liga Primer. 

"Yang benar-benar baru bagi saya saat datang dari Jerman - tidak hanya di sepak bola amatir tetapi juga professional - adalah bahwa di Inggris anda tidak melakukan pemanasan di lapangan sebelum pertandingan," ujarnya.

"Mereka hanya melakukan pemanasan yang benar-benar singkat dan manis di ruang ganti atau di koridor. Bahkan ketika saya menonton pertandingan Divisi Pertama, saya datang ke stadion setengah jam lebih awal untuk melihat bagaimana mereka melakukan pemanasan – dan tidak ada yang terjadi."

"Saya ingat berada di kandang lama Arsenal, Stadion Highburry dan tiga menit sebelum pertandingan sebuah bola putih terbang keluar dari ruang istirahat dan itu adalah sinyal bahwa tim sedang dalam perjalanan."

"Kemudian datanglah kedua tim. Selama 2-3 menit mereka menendang bola. Kemudian pertandingan dimulai.”

"Itu sama seperti di sepak bola amatir. Dalam pertandingan pertama saya, saya tiba setengah jam lebih awal dan tidak ada seorang pun di sana."

"Saya mencari pemain lainnya dan akhirnya mereka berkata: ‘Apa yang kamu lakukan?' Kapten tim keluar lebih dulu tetapi hanya lima menit sebelum pertandingan. Itu adalah beberapa hal yang harus saya pelajari."

"Saya juga belajar apa yang terjadi ketika anda saling mendorong satu sama lain dengan rekan satu tim anda, saling menyemangati dan itu sangat membantu saya sebagai pelatih dan pemain,”

Mantan rekan setimnya, Adrian Batchelor mengingat Rangnick sebagai pria yang tampan dan menyenangkan. Selain itu, menurut Batchelor, "Dia relatif pendiam. Menguasai bahasa Inggris dengan sangat bagus. Dia tidak ekstrovert atau berisik."

Sayangnya klub laman Rangnick itu disebut tengah dalam krisis. Tahun lalu, otoritas lokal dan Konsil Distrik Adur menutup lahan milik Southwick karena alasan keselamatan dan kesehatan. Pemilik klub itu pun disebut harus mengeluarkan dana sebesaar 500 ribu pound sterling atau sekitar Rp 9,5 miliar untuk perbaikan.

Klub baru Southwick FC 1882 yang baru dibentuk disebut akan menjadi penghuni baru lahan yang kini sudah dibangun menjadi stadion baru. Klub itu akan menjadi penyewa stadion itu bersama Russell Martin Foundation. Ralf Rangnick sepat memberikan donasi sebesar 1000 pound sterling tahun lalu untuk menyelamatkan lapangan yang pernah menjadi awal karirnya itu.

Pelajaran yang didapatkan Ralf Rangnick saat bermain di Inggris itu jelas sudah jauh berbeda saat ini. Akan tetapi setidaknya dia sudah mengetahui betapa kerasnya sepak bola Inggris sehingga tak akan kaget ketika menjadi manajer Manchester United untuk menggantikaan Ole Gunnar Solskjaer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Kalahkan Ginting di Final All England Open 2024, Jonatan: Tak Disangka

Olahraga
| Senin, 18 Maret 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement