Advertisement
Prediksi Final Liga Champions: Jalan Terjal Menuju Treble
Advertisement
Harianjogja.com, PORTO—Bermain di final Liga Champions adalah impian masa kecil Kai Havertz. Setiap mendengar anthem Liga Champions, Havertz cilik selalu membayangkan tengah berdiri di lorong stadion dan berjalan menuju lapangan untuk bertarung meraih juara. Mimpi Havertz untuk mendengar anthem Liga Champions yang diciptakan komposer Inggris, Tony Britten, di babak final kini mewujud nyata.
Timnya, Chelsea, bakal menantang Manchester City dalam final Liga Champions 2020/2021 yang digelar di Estadio do Dragao, Minggu (28/5/2021) dini hari WIB. Havertz dalam misi membantu Chelsea meraih gelar keduanya di Liga Champions, usai trofi perdana pada 2011/2012 lalu. “Ini mengenai kesediaan memberikan yang terbaik dan bersenang-senang. Kami akan memberikan segenap tenaga untuk menjadi juara,” ujar Havertz dilansir chelseafc.com, Jumat.
Advertisement
Gelar di kompetisi terelite Benua Biru akan menjadi pelipur lara Chelsea yang hanya finis nomor empat di Liga Premier serta kalah di final Piala FA. Di sisi lain, City berambisi meraih gelar Liga Champions pertama sejak klub itu didirikan 141 tahun silam. Trofi Liga Champions akan melengkapi gelar Piala Liga dan Liga Premier yang sudah mereka raih musim ini.
Upaya Chelsea untuk merintangi City meraih treble sejarah tak bisa dipandang main-main. The Blues memiliki Thomas Tuchel, pelatih yang dua kali menjinakkan City racikan Josep “Pep” Guardiola. Tuchel sukses menjinakkan Pep di semifinal Piala FA (1-0) dan menang di ajang Liga Premier di Etihad (2-1). Secara umum The Citizens telah kalah tiga kali dalam empat pertemuan terakhir kontra Chelsea.
Kemampuan Tuchel menganalisis setiap detail kecil pertandingan memang membuat Guardiola kewalahan menghadapi racikan pelatih asal Jerman itu. Chelsea era Tuchel sulit dijinakkan karena bermain begitu rapat di tengah. Selain itu, mereka memiliki bek sayap yang dapat memberi dimensi baru saat pertandingan. Trio bek pun amat rapat yang membuat Raheem Sterling dkk. kehabisan akal di dua perjumpaan terakhir. Di bawah Tuchel, Chelsea juga kebobolan dua kali dalam enam laga terakhir fase gugur.
Sahabat Tuchel, Christian Heidel, dalam wawancaranya dengan Daily Star menyebut sang pelatih memiliki sisi perfeksionis yang tak banyak diketahui orang. Tuchel bahkan tak segan mengendus rumput lapangan untuk mencari pendekatan terbaik. “Dia selalu mencari kesempurnaan. Dia memiliki rencana yang sangat ketat dan ingin semuanya berjalan sesuai rencana,” ujar Heidel.
Tuchel tampak rileks menghadapi final Liga Champions keduanya secara beruntun itu. Musim lalu Tuchel harus gigit jari setelah timnya Paris Saint-Germain dibekuk Bayern Munich 0-1 di partai puncak. “Saya tidak menyangkal City dan Bayern adalah benchmark di Eropa belakangan ini. Kami akan mengejar jarak itu, ya, Anda bisa memangkas jarak itu dalam 90 menit,” ujar Tuchel.
Sementara itu Pep Guardiola memperingatkan Tuchel bahwa dirinya sudah menemukan ramuan untuk menjinakkan Timo Werner dkk. Dia menyebut kemenangan Chelsea di dua laga sebelumnya tidak berarti apa-apa bagi mereka. “Nanti adalah pertandingan baru. Saya tahu bagaimana mempersiapkan final ini,” ujar pelatih yang memenangi dua gelar dalam dua final Liga Champions yang pernah diikuti saat bersama Barcelona (2008/2009 dan 2010/2011).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Proliga Hari Pertama, Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Bandung BJB
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Laga Filipina vs Indonesia Diawali Hening Cipta untuk Pele
- Indonesia Melaju ke Semifinal Piala AFF 2022 Sebagai Runner Up Grup
- Klasemen Grup A Piala AFF 2022: Indonesia Kalah Selisih Gol dari Thailand
- PSIS Semarang Perpanjang Kontrak Fredyan 'Ucil'
- Pelatih Arema FC Minta Manajemen Rekrut Playmaker Asing
- PSIS Semarang Rekrut Adi Satryo
- Modric Tolak Tawaran Gabung Al Nassr
Advertisement
Advertisement