Advertisement
Poster Antirasisme Liga Italia Malah Dianggap Langgengkan Stigma
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tiga lembar poster bergambar monyet dengan corak warna-warni di wajah yang dibikin seniman Italia, Simone Fugazzotto menjadi salah satu konten kampanye antirasialisme yang baru saja diluncurkan Serie A Liga Italia.
Poster itu diklaim mewakili nilai-nilai integrasi, multikulturalisme dan persaudaraan yang terus dipupuk di kompetisi sepak bola Italia. Kampanye menolak rasialisme memang menjadi salah satu fokus utama Serie A menyusul sejumlah kasus rasialisme yang tak kunjung hilang di negara tersebut.
Advertisement
Terakhir media Italia, Corriere dello Sport, mendapat kritik tajam setelah menulis headline berjudul “Black Friday”. Berita itu menerangkan pertemuan pertama di Serie A antara eks Manchester United yakni Romelu Lukaku (Inter Milan) dan Chris Smalling (AS Roma).
Jangankan mendapat simpati, upaya Serie A menggandeng seniman untuk memerangi rasialisme justru menjadi masalah baru. Otoritas dianggap tidak sensitif dengan memilih monyet sebagai objek utama dalam kampanye. Hewan tersebut memang kerap diasosiasikan dengan pelecehan ras. “AS Roma sangat terkejut melihat apa yang tampak sebagai kampanye antirasis dari Serie A yang menampilkan monyet-monyet yang dilukis di media sosial hari ini. Kami tidak percaya itu adalah cara yang tepat,” tulis pernyataan AS Roma dalam akun Twitter mereka, Selasa (17/12/2019) WIB.
Kelompok antirasialisme, Fare, menganggap poster kampanye tersebut adalah guyonan yang tak lucu. “Sekali lagi, sepak bola Italia membuat dunia tak bisa bicara. Di sebuah negara di mana otoritasnya gagal mengatasi rasisme dari pekan ke pekan, Seri-A telah meluncurkan kampanye yang tampak seperti gurauan sakit,” cuit Fare dalam Twitter.
Manajer Direktur Liga Seri-A, Luigi De Servio, sebelumnya mempresentasikan rencana antirasialisme yang mencakup penandatanganan piagam oleh pemain yang mewakili 20 klub Serie A. Di acara itu liga juga menampilkan karya kontroversial Fugazzotto. Seri-A mengklaim karya itu bertujuan mempertahankan nilai-nilai integrasi, multikulturalisme dan persaudaraan. Namun, ketika kritik bermunculan, liga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan “seni sejati adalah provokasi.”
Fugazzotto hampir selalu melukis monyet dalam berbagai gaya artistik di karyanya. Monyet yang digambar biasanya mengenakan pakaian manusia dan mewakili berbagai budaya dan periode sejarah. “Saya hanya melukis monyet sebagai metafora bagi manusia,” jelas Fugazzo. “Kami mengembalikan konsep itu pada kaum rasis, karena kita pada mulanya adalah kera. Jadi, saya melukis monyet Barat, monyet Asia, dan monyet hitam,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
- Luar Biasa! Sikat Korsel, Indonesia Cetak Sejarah ke Semifinal Piala Asia U-23
- Indonesia Gagal Pertahankan Keunggulan, Pertandingan Lanjut ke Extra Time
- Profil Rafael Struick, Pemborong Dua Gol ke Gawang Korsel di Piala Asia U-23
- Struick Borong Gol, Timnas U-23 Unggul 2-1 Atas Korsel di Babak Pertama
Berita Pilihan
Advertisement
Jadwal Proliga 2024 Kamis 24 April, Pertandingan Pertama LavAni vs Garuda Jaya
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Laga Filipina vs Indonesia Diawali Hening Cipta untuk Pele
- Indonesia Melaju ke Semifinal Piala AFF 2022 Sebagai Runner Up Grup
- Klasemen Grup A Piala AFF 2022: Indonesia Kalah Selisih Gol dari Thailand
- PSIS Semarang Perpanjang Kontrak Fredyan 'Ucil'
- Pelatih Arema FC Minta Manajemen Rekrut Playmaker Asing
- PSIS Semarang Rekrut Adi Satryo
- Modric Tolak Tawaran Gabung Al Nassr
Advertisement
Advertisement