Advertisement
Kapolresta Jogja: Massa Rusak Mobil karena Polisi Evakuasi Skuat Persis Solo
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kapolresta Jogja Kombes Armaini mengatakan massa beringas dan merusak serta membakar mobil polisi setelah skuat Persis Solo dievakuasi keluar dari Stadion Mandala Krida.
Menurut Kapolresta, setelah polisi berhasil mengamankan dan mengevakuasi para pemain Persis, massa mengamuk dan melampiaskannya dengan merusak mobil polisi
Advertisement
“Pemain Persis bisa kami evakuasi. Mereka marah sama polisi. Inilah akibatnya, ada tindakan anarkistis yang enggak jelas,” kata Kapolresta.
Kombes Armaini mengatakan satu mobil Mitsubishi Lancer dibakar dan satu mobil Mazda 3 2018 dirusak di area parkir Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/2019) petang. Kedua mobil itu adalah kendaraan dinas Polresta Jogja.
“Maaf, ini mobil dinas. Bukan saya yang beli ini, yang jelas ini Mazda 3 2018 dan Mitsubishi Lancer, belum lagi alat-alat kelengkapannya di dalam,” kata Kombes Armaini.
Massa juga menjarah barang-barang yang ada di kedua mobil tersebut. Padahal di dalam mobil ada tas dari petugas kepolisian. Kerumuman yang beringas tersebut bahkan menahan mobil pemadam kebakaran yang akan memadamkan api.
“Sementara satu mobil damkar [pemadam kebakaran] yang didatangkan saja ditahan masuk,” lanjut Kapolresta.
“Mereka tidak hanya merusak tapi menjarah. Mereka datang kemari bukan untuk nonton bola. Semua akan kami evaluasi. Kami akan duduk semeja dengan panpel dan pengelola stadion nantinya.”
Pelatih Persis, Salahudin, mengatakan timnya dievakuasi polisi dan bisa selamat sampai hotel. Namun, Asisten Pelatih Persis, Choirul Huda, mengalami luka di keningnya karena dipukul hingga berdarah.
Salahudin menyayangkan perilaku suporter yang turun ke lapangan dan berbuat anarkistis. Menurutnya, sepak bola seharusnya bisa menjadi pemersatu bangsa, bukan pemecah belah bangsa seperti yang terjadi dalam insiden di Stadion Mandala Krida.
“Saya menyayangkan. Padahal sepak bola adalah pemersatu,” ujarnya dalam pesan Whatsapp kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Senin.
Manajer Persis, Langgeng Jatmiko, mengatakan belum bisa memastikan kapan mereka bisa pulang ke Solo. Ia akan menunggu instruksi selanjutnya dari Polda DIY terkait kepulangan mereka ke Solo.
“Kami tunggu instruksi Polda dulu. Ini kami di hotel,” kata dia melalui pesan Whatsapp.
Derbi Mataram di pekan terakhir fase grup Liga 2 2019 di Stadion Mandala Krida disudahi dengan kericuhan. Pertandingan tersebut sebenarnya tak lagi menentukan langkah PSIM maupun Persis Solo di Liga 2 2019. Keduanya dipastikan kandas di fase grup. Empat tim dari Grup Timur yang lolos ke delapan besar adalah Persik Kediri, Mitra Kukar, Persewar Waropen, dan Martapura FC. Persik dan Persewar adalah tim promosi dari Liga 3 musim lalu.
Namun, tensi Derbi Mataram selalu panas dan akhirnya memuncak di ujung laga saat pemain kedua kesebelasan tak bisa mengendalikan emosi.
Awal Keributan
Keributan diawali pada pengujung pertandingan saat PSIM tertinggal 2-3. Pemain Persis Solo Shulton Fajar berlama-lama memegang bola setelah dinyatakan offside. Kemudian, tiga pemain PSIM Jogja yang tersulut emosi mendekat dan sempat adu mulut.
Bek PSIM Jogja Ahmad Hisyam Tolle yang tidak bisa mengontrol emosi akhirnya memukul Shulton. Wasit asal Jakarta Zetman Pangaribuan yang memimpin jalannya laga langsung memberikan kartu merah kepada Tolle. Tak sampai di situ, Shulton kembali menantang pemain PSIM lainnya. Gelandang PSIM Jogja Raymond Tauntu langsung ikut memukul. Senasib dengan Tolle, Raymond akhirnya diganjar kartu merah.
Zetman juga memberikan kartu merah kepada Shulton. Namun, saat Shulton keluar lapangan, emosi Ahmad Hisyam Tolle tetap tidak terbendung. Tolle yang telah keluar dan mencopot kausnya masuk ke lapangan dan mengejar dan menendang Shulton.
Kerumunan penonton langsung turun ke lapangan. Semua pemain Persis berhamburan masuk ke ruang ganti dan pertandingan akhirnya dinyatakan berakhir saat Persis unggul 3-2 atas tuan rumah Persis.
Polisi yang berusaha menenangkan massa sempat menembakkan gas air mata. Banyak penonton yang terpapar gas air mata. Tidak hanya wanita, banyak anak-anak yang harus dievakuasi ke ruangan stadion.
Di luar stadion, keributan tidak mereda. Petugas kepolisian menembakkan gas air mata yang terbawa angin dan membuat penonton di tribune panik. Anak-anak dan perempuan tak kuasa menahan pedihnya gas air mata dan harus dievakuasi ke ruangan stadion seperti ruang media.
Polisi berusaha memukul mundur massa di luar stadion. Namun, satu unit mobil dinas kepolisian yang diparkir di halaman stadion dibakar, sedangkan satu lainnya dibalik oleh kerumuhan orang yang emosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
- Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
- Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
- Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia
Berita Pilihan
Advertisement
Proliga Hari Pertama, Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Bandung BJB
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Laga Filipina vs Indonesia Diawali Hening Cipta untuk Pele
- Indonesia Melaju ke Semifinal Piala AFF 2022 Sebagai Runner Up Grup
- Klasemen Grup A Piala AFF 2022: Indonesia Kalah Selisih Gol dari Thailand
- PSIS Semarang Perpanjang Kontrak Fredyan 'Ucil'
- Pelatih Arema FC Minta Manajemen Rekrut Playmaker Asing
- PSIS Semarang Rekrut Adi Satryo
- Modric Tolak Tawaran Gabung Al Nassr
Advertisement
Advertisement