Advertisement

Uruguay & Portugal, Penganut Pragmatisme yang Doyan Bola Mati

Hanifah Kusumastuti
Sabtu, 30 Juni 2018 - 16:25 WIB
Budi Cahyana
Uruguay & Portugal, Penganut Pragmatisme yang Doyan Bola Mati Luis Suarez - Reuters/Dylan Martinez

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJAPragmatic makes perfect, pragmatis bikin sempurna. Pelesetan dari kalimat bijak practice makes perfect (latihan membuat sempurna) itu menjadi ciri khas permainan Portugal dan Uruguay dalam beberapa laga di turnamen besar belakangan ini.

Cristiano Ronaldo dkk. kerap bermain pragmatis sejak Piala Dunia 2014. Hasilnya, memang di luar dugaan. Meski lebih sering bermain aman, tim berjuluk Selecao das Quinas tidak pernah menelan kekalahan dalam 16 laga di turnamen besar. Kali terakhir Portugal merasakan kekalahan yakni saat dibekuk Jerman dengan skor 0-4 pada Piala Dunia 2014. Bahkan, di Euro 2016, Portugal menahbiskan diri sebagai juara dengan mengusung strategi serupa.

Advertisement

Nah, pasukan Fernando Santos sepertinya akan kembali mengandalkan gaya pragmatis ketika meladeni Uruguay pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Olimpiyskiy Stadion Fisht, Sochi, Minggu (1/7/2018) pukul 01.00 WIB. Selecao das Quinas tak segan memainkan sepak bola negatif asalkan mereka bisa lolos ke babak perempat final.

Untuk lolos ke babak berikutnya, Portugal harus menjinakkan bomber-bomber Uruguay yang haus gol seperti Luis Suarez dan Edinson Cavani. Suarez mengoleksi tujuh gol dalam kariernya di Piala Dunia, termasuk dua golnya di fase grup Piala Dunia 2018. Striker Barcelona itu hanya terpaut sebiji gol dari Oscar Tabarez yang menjadi top scorer sepanjang masa Uruguay di Piala Dunia dengan delapan gol.

“Kami juara Eropa dan kami harus mendemonstrasikan kualitas kami,” ujar bek Portugal, Cedric Soares, yang tak gentar menghadapi serangan Uruguay, seperti dikutip nytimes.com, Jumat (29/6).

Pragmatisme juga dianut Uruguay di bawah asuhan Oscar Tabarez. Suarez dkk. piawai memanfaatkan set piece untuk menjebol gawang lawan. Terbukti, lima gol Uruguay dalam fase grup Piala Dunia ini berasal dari proses bola mati, dengan perincian tiga gol dari sepak pojok, satu gol dari tendangan bebas langsung, dan satu gol dari tendangan bebas tidak langsung.

Portugal juga punya keunggulan apabila mengalami deadloack mencetak gol di Sochi dengan tembakan jarak jauh. Itu karena tiga dari empat terbaru Portugal berasal dari luar kotak penalti. Salah satu gol Portugal dari luar kotak penalti dilesakkan Cristiano Ronaldo dari tendangan bebas langsung saat menahan Spanyol dengan skor 3-3 pada laga pembuka Grup B.

Ronaldo sejauh ini telah menyokong 85 gol dalam 153 penampilan bersama Selecao das Quinas. Tujuh golnya antara lain terjadi di panggung Piala Dunia. Namun, dari tujuh gol Ronaldo di turnamen paling akbar di dunia itu, tidak ada satu pun yang lahir di fase knock-out.

Oscar Tabarez tidak perlu risau menangkis serangan Ronaldo. Dia memiliki Diego Godin. Bek veteran Atletico Madrid itu mempunyai rekor kemenangan delapan kali dan imbang sembilan kali dalam 27 duel melawan Ronaldo di level klub. “Godin selalu memiliki kepribadian luar biasa, dia menunjukkan solidaritas tinggi dan membuatnya sebagai panutan,” ungkap Tabarez.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Bawa Medali Perunggu di Piala Sudirman 2025, Tim Merah Putih Tiba di Indonesia

Olahraga
| Selasa, 06 Mei 2025, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng

Wisata
| Minggu, 27 April 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement