Advertisement

Jurnalis Pembongkar Mafia Sepak Bola Tewas Diberondong Peluru

Budi Cahyana
Jum'at, 18 Januari 2019 - 19:15 WIB
Budi Cahyana
Jurnalis Pembongkar Mafia Sepak Bola Tewas Diberondong Peluru Anas Aremeyaw Anas, koordinator pembuat film dokumenter yang membongkar kebobrokan sepak bola Ghana, menutup wajahnya saat diwawancara. - Reuters/Francis Kokoroko

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jurnalis Ghana yang membongkar mafia sepak bola di negara tersebut tewas diberondong peluru.

Ahmad Hussein-Suale ditembak tiga kali oleh pria yang naik sepeda motor ketika pulang ke rumahnya di Ibu Kota Ghana, Accra, Rabu (16/1/2019).

Advertisement

“Kami sangat terluka oleh tindakan pengecut ini, tetapi kami tak akan gentar untuk membongkar kasus korupsi. Ini adalah pekerjaan berisiko tinggi di negeri ini,” demikian pernyataan Tiger Eye PI, perusahaan tempat Hussein-Suale bekerja, sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (18/1/2019).

Hussein-Suale adalah bagian dari tim investigasi yang menurunkan film dokumenter tentang suap dan pemerasan yang melibatkan 77 wasit dan Ketua Federasi Sepak Bola Ghana Kwesi Nyantakyi. 

Nyantakyi terekam sedang berada di sebuah kamar hotel untuk menerima suap sebesar 65.000 dolar dari seorang pengusaha yang ingin mensponsori Liga Sepak Bola Ghana. Film dokumenter tersebut juga mengungkap wasit-wasit yang menerima suap untuk mengubah skor atau memengaruhi pertandingan.

Film dokumenter yang dibikin Hussein-Suale dan koleganya itu mendorong Pemerintah Ghana membubarkan Federasi Sepak Bola. Sementara, Nyantakyi dihukum oleh FIFA dan kemudian mundur dari jabatan ketua federasi.

Pembunuhan itu cukup mengejutkan karena kebebasan pers di Ghana relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Presiden Ghana Afuko-Addo mengungkapkan keprihatinan atas pembunuhan itu.

“Saya harap polisi mengungkap kasus ini secepatnya dan menangkap pelaku kejahatan keji ini,” ujar Afuko-Addo.

Fhana berada di peringkat ke-23 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers yang disusun Reporters Without Borders (RSF). Peringkat ini adalah yang tertinggi di Afrika, menandakan kebebasan pers di negara tersebut berjalan baik.

Namun, Komite untuk Perlindungan Jurnalis, organisasi kebebasan pers yang berbasis di Amerika Serikat, menilai pembunuhan terhadap Hussein-Suale bakal mengancam kebebasan pers di Ghana karena menjadi sinyal bahwa jurnalis tidak bisa bekerja secara aman.

Pembunuhan ini tak berselang lama setelah kampanye hitam untuk mendiskreditkan dan melecehkan tim pembuat film dokumenter yang membongkar mafia bola. Kennedy Agyapong, anggota parlemen Ghana bahkan menyebarkan foto Hussein-Suale dan melebelinya dengan istilah “berbahaya”. Kennedy mengaku akan membayar siapa saja yang bisa menghajar Hussein-Suale.

Anas Aremeyaw Anas, koordinator tim pembuat film dokumenter kemudian membuat pernyataan publik di Facebook dan Twitter. Dia menutup wajahnya agar keselamatannya tak terancam.

“Beristirahatlah dengan tenang Ahmed. Ini adalah berita buruk, tetapi kami tidak akan diam,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Proliga Hari Pertama, Jakarta Pertamina Enduro Kalahkan Bandung BJB

Olahraga
| Jum'at, 26 April 2024, 10:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement