Advertisement

FEATURE: Suporter adalah Nyawa PSS Sleman Paling Penting

Jumali
Jum'at, 14 Desember 2018 - 08:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Suporter adalah Nyawa PSS Sleman Paling Penting Dukungan suporter PSS Sleman saat final Liga 2 2018 di Stadion Pakansari, Selasa (4/12/2018) malam. - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—PSS Sleman meraih kesuksesan besar musim ini. Selain lolos ke Liga 1 2019, Super Elang Jawa juga menjuarai Liga 2 2018. Keberhasilan ini tak bisa dilepaskan dari jerih payah suporter. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com Jumali.

Selasa (4/12/2018) pagi di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, bus-bus telah berderet rapi di halaman stadion yang menjadi kandang Bogor FC dan Persikabo Bogor ini. Puluhan lelaki dan perempuan mengenakan kaus hitam dan syal bertuliskan PSS Sleman bergegas keluar dari bus. Beberapa dari mereka duduk di depan deretan angka berukuran raksasa yang dirangkai menjadi kata Stadion Pakansari. Sebagian lain meninggalkan bus menuju sebuah masjid yang berjarak 500 meter dari halaman stadion berkapasitas 35.000 penonton tersebut.

Advertisement

“Sudah di sini saja. kita istirahat, sambil menunggu pertandingan nanti malam,” kata Dodo, pemuda asal Kalasan, Sleman.

Dodo sehari-hari bekerja di salah satu percetakan di Sleman. Selasa itu, dia ambil cuti dan datang ke Pakansari untuk menyaksikan langsung final Loga 2 2018 yang mempertemukan PSS Sleman dan Seman Padang. Dodo bukan anggota Brigata Curva Sud (BCS), kelompok suporter terbesar Super Elang Jawa.

BCS lahir pada 2010, lebih muda ketimbang Slemania, tetapi langsung dikenal karena selalu menyanyikan yel-yel yang diadopsi dari budaya ultras Italia. Karena kreativitasnya, BCS dinobatkan Copa90, media berbasis suporter yang menjadi bagian The Guardian, sebagai suporter terbaik di Asia pada Februari 2017.

BCS menempati urutan pertama, menyisihkan suporter asal Jepang (Urawa Boys), Korea Selatan (Frente Tricolor), Malaysia (Boys of Straits), dan India (Bangal Brigade). Meski demikian, Dodo untuk tidak bergabung ke BCS.

“Saya independen, bukan anggota mereka. Namun, saya ikut bareng mereka, karena saya pengin jadi saksi hidup tim ini menjadi juara,” ujar Dodo sembari melepaskan sepatu dan merebahkan badan di lantai masjid yang terbuat dari keramik.

Malam harinya, kegembiraan Dodo meluap-luap. PSS menundukkan Semen Padang 2-0 dan merengkuh trofi Liga 2.

Untuk datang ke Stadion Pakansari, Dodo iuran bersama teman-temannya. Awalnya ia hendak berangkat sendiri naik kereta api dari Stasiun Tugu ke Stasiun Senen dan dilanjut menaiki commuter line menuju Pakansari. Namun, pengumuman dari media sosial BCS membuat dirinya mengurungkan niat tersebut.

“Enakan bareng-bareng seperti ini,”

Belum sempat Dodo berbicara banyak, datang Ryan, pemuda yang satu bus dengan Dodo. Ryan warga Gamping, Sleman. Ia terlihat tergopoh-gopoh membawa belasan kaus berwarna hitam yang masih terbungkus rapi.

“Ini untuk Mas Dodo. Kemarin sudah order dan sesuai dengan janji kami bagikan sebelum final agar bisa dipakai pada saat pertandingan final nantinya,” ucap Ryan.

Swadaya

Dodo pelan-pelan membuka kaus bertuliskan Kulonuwun Liga 1 di bagian depan, sedangkan di bagian punggung, terdapat gambaran daftar pemain PSS Sleman.

Beberapa hari sebelumnya, PSS sudah mengunci tiket promosi ke Liga 1 2019 berkat kemenangan agregat 2-0 atas Kalteng Putra di semifinal.

“Ini dibikin oleh teman-teman. Hasil penjualan kaus ini akan diberikan kepada pemain, sebagai wujud kecintaan suporter kepada tim,” kata Dodo.

Pembuatan kaus hitam jelang final Liga 1 adalah inisiasi BCS. Koordinator BCS Zulfikar mengungkapkan sedikitnya 5.000 helai kaus yang diproduksi dan dilepas melalui komunitas di bawah BCS. Kaus dijual Rp100.000 per potong.

“Kami dedikasikan uang penjualan untuk pemain. Ini wujud kecintaan kami terhadap tim,” ucap Zulfikar.

Di Stadion Pakansari, 15.000 suporter PSS Sleman memadati tribune timur, selatan hingga barat dari Stadion Pakansari. Di tribun timur, mereka telah menyiapkan sebuah koreografi ciamik. Spanduk raksasa bergambar Cristian Gonzales dibentangkan dan di sekitarnya diisi dengan ribuan kertas yang diangkat bersama-sama membentuk mosaik.

“Semua kami lakukan dengan biaya sendiri dan sebagai bentuk dukungan kami untuk tim,” kata Zulfikar.

Persiapan untuk membuat spanduk raksasa dan mosaik di luar kandang PSS kali ini tidak membutuhkan waktu lama. Semuanya dikerjakan secara gotong royong. Spanduk digambar terlebih dahulu di halaman parkir Stadion Maguwoharjo sebelum rombongan suporter datang ke Stadion Pakansari. Sementara beberapa koordinator dari BCS datang lebih dahulu ke Stadion Pakansari untuk memastikan lokasi dan menyiapkan segala urusan teknis sebelum membuat mosaik.

Uang untuk membuat mosaik diperoleh dari ongkos lebih membeli tiket.

Suporter yang membeli tiket lewat BCS akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp2.000.

Dua kelompok suporter PSS juga memiliki unit usaha sendiri. Jika Slemania memiliki Outlet Slemania, BCS memiliki Curva Sud Shop. Pendanaan untuk menyokong kehidupan suporter dan klub tidak menjadi persoalan. Ini sesuai dengan slogan mereka, yakni mandiri menghidupi.

Dukungan suporter Sleman tidak sampai di situ. Mereka menyiapkan sebuah perayaan untuk menyambut kedatangan trofi juara dan para pahlawan mereka. Sebuah bus disiapkan dan dicat hijau yang kemudian digunakan untuk  pawai dari Jalan Magelang dari Jombor, Desa Sendangadi, Mlati sampai Denggung, Desa Tridadi, Sleman, dua hari setelah kemenangan di Stadion Pakansari.

Mengayuh Sepeda

Ekspresi dukungan tidak hanya diwujudkan secara komunal. Septyadi Pityanta, penduduk Warak, Mlati, Sleman, yang kini berumur 32 tahun berangkat menyaksikan final Liga 2 2018 dengan mengayuh bersepeda.

Dia bertolak dari Sleman Jumat (30/11/2018) pagi dan menempuh perjalanan sejauh 565 kilometer, dengan melewati rute Sleman, Gombong, Cilacap, Ciawi, Bandung, Cianjur, Bogor. Septyadi baru sampai di Stadion Pakansari, Senin (3/12/2018) sore, sehari sebelum final. Bagi Septyadi, menempuh perjalanan jauh dengan sepeda bukan pengalaman baru baginya. Sebab, dia sudah sering mengikuti sejumlah kejuaraan balap sepeda.

“Sebenarnya sudah lama ingin mencoba. Kebetulan PSS final di Bogor, jadi sekalian,” kata Septyadi.

Pelatih PSS Sleman Seto Nurdiyantoro mengatakan dukungan suporter yang luar biasa baik dari Slemania maupun BCS di setiap pertandingan berandil besar bagi prestasi yang didapatkan Super Elang Jawa musim ini.

Menurut dia, tekanan suporter tidak menjadi beban, tetapi cambuk agar skuat tampil maksimal di setiap pertandingan. “Untuk itu kami dedikasikan gelar ini untuk para suporter dan warga Sleman,” ucap Seto.

Sementara dukungan suporter yang luar biasa juga mendapatkan apresiasi dari Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan PSS Sleman Jaguar Tominangi. Pria yang akrab dipanggil Jenggo ini menyadari tanpa penonton maupun suporter yang memenuhi Stadion Maguwoharjo, Sleman, keuangan klub tak akan kokoh. Pemasukan tiket masih menjadi andalan bagi pihaknya untuk membiayai klub. Wajar jika Panpel PSS selalu mengusahakan agar pertandingan di kandang bisa ditonton oleh suporter, meski harus menggeser jam pertandingan dari sore ke petang.

“Jika pertandingan digelar tengah pekan dan sore jelas akan berpengaruh terhadap jumlah penonton,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Jadwal Proliga 2024 Kamis 24 April, Pertandingan Pertama LavAni vs Garuda Jaya

Olahraga
| Kamis, 25 April 2024, 09:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement